10 Mitos dan Fakta soal Menurunnya Gairah Bercinta
TABLOIDBINTANG.COM - Adakah pernikahan yang sempurna? Rasa-rasanya tidak. Setiap pernikahan akan melewati proses panjang, termasuk hambatan-hambatan dan masalah di dalamnya. Masalah yang sering jadi pusat perbincangan, masalah di tempat tidur, salah satunya hilangnya gairah bercinta. Jika ini terjadi dalam pernikahan Anda, jangan khawatir. Banyak pasangan mengalaminya juga lho.
Dr. David Schnarch dan Ruth Morehouse yang berpengalaman lebih dari 40 tahun di bidang klinis menyajikan 10 mitos berikut. Keduanya melakukan banyak penelitian seputar seks dan perkawinan. Mereka menganggap perkawinan yang kurang bergairah tidak terjadi karena panjangnya usia perkawinan, usia dua orang yang terlibat (pasangan suami istri), atau karena adanya gangguan fisik! Apa kata David dan Ruth mengenai mitos yang keliru ini?
1. Mitos: Pasangan yang tak punya gairah bercinta umumnya jarang atau tak pernah bercinta.
Fakta: Pasangan seperti ini masih melakukan hubungan suami istri. Mereka hampir setiap hari bercinta saat masih pengantin baru. Beberapa tahun kemudian, pola bercintanya mulai berubah, sekitar 1 atau 2 kali dalam sebulan. Kadangkala 3 atau 4 bulan berjalan tanpa hubungan seks. Kalaupun bercinta, lebih seperti mekanis, tanpa gairah yang menggebu. Bukan tidak mungkin keduanya mencapai orgasme, namun tak ada gairah, erotisme atau pun keinginan untuk memuaskan pasangan.
2. Mitos: Pasangan yang tak punya gairah bercinta biasanya berumur lebih tua.
Fakta: Kendati frekuensi seks menurun seiring bertambahnya usia, banyak juga pasangan muda yang tak lagi bercinta. Justru karena adanya stereotipe tentang pasangan muda yang bercinta sepanjang waktu, mereka cenderung berdiam diri saat timbul masalah. Diam-diam hanya bisa menyesali hubungan mereka yang kacau. Banyak orang menganggap kehidupan seksual yang prima dialami pada masa remaja. Tapi ini anggapan yang berdasarkan pada respons genital. Banyak orang yang punya kehidupan seks lebih baik justru saat usia mereka semakin matang. Begitu merasa nyaman dengan seksualitas dan tubuh Anda --menerima diri sendiri secara umum -- benar-benar membantu. Jadi selulit dan potensi seksual ternyata punya korelasi yang tinggi.
3. Mitos: Pihak perempuan dianggap sebagai pasangan yang kurang bergairah.
Fakta: Setengah dari pasangan yang mendatangi Marriage and Family Health Center untuk masalah gairah seksual, justru lelaki yang gairah seksnya berkurang. Beberapa studi menemukan, para perempuan lebih banyak melaporkan gairah seksualnya yang dianggap kurang. Tetapi ini bisa berarti perempuan lebih sensitif terhadap kekurangannya dan lebih punya niat untuk memperbaiki kondisi. Pasangan gay dan lesbian pun mengalami masalah mengenai gairah seksual.
4. Mitos: Pasangan dengan gairah yang lebih rendah terobsesi dengan seks.
Fakta: Dalam setiap pasangan, ada pihak yang lebih rendah gairahnya ketimbang yang lain, terlepas dari Anda memiliki masalah seksual atau tidak. Pasangan yang gairahnya rendah ataupun tinggi punya posisi relatif dalam hubungan mereka. Bukan sesuatu yang dengan gampangnya dihitung berdasarkan frekuensi. Dalam banyak kasus, orang yang gairahnya lebih rendah malah lebih erotis, dalam arti mereka lebih punya banyak pengalaman seks ketimbang yang gairahnya lebih tinggi. Mereka yang gairahnya lebih rendah merasa, kehidupan seks mereka tidak terlalu penting, tidak begitu pantas diharapkan, makanya tidak lagi tertarik.
5. Mitos: Bercinta akan dengan sendirinya mati dalam sebuah perkawinan. Pasangan yang tidak menikah dianggap lebih senang bercinta.
Fakta: Penelitian menunjukkan sebaliknya. Bahwa aktivitas seksual pasangan menikah justru lebih hot ketimbang mereka yang tidak menikah. Pasangan menikah lebih senang bercinta, dengan gaya variasi yang lebih banyak ketimbang mereka yang masih melajang. Sebagai contoh, seks oral jutsru lebih umum dilakukan pasangan yang menikah daripada mereka yang melajang. Banyak pasangan menikah telah melalui periode-periode sulit hingga aktivitas seks sempat mereda. Tapi ini bukan alasan sebagai matinya aktivitas seksual di antara pasangan menikah.
Adakah pernikahan yang sempurna? Rasa-rasanya tidak. Setiap pernikahan akan melewati proses panjang, termasuk hambatan-hambatan dan masalah di dalamnya. Masalah yang sering jadi pusat perbincangan, masalah di tempat tidur, salah satunya hilangnya gairah bercinta. Jika ini terjadi dalam pernikahan Anda, jangan khawatir. Banyak pasangan mengalaminya juga lho.
Dr. David Schnarch dan Ruth Morehouse yang berpengalaman lebih dari 40 tahun di bidang klinis menyajikan 10 mitos berikut. Keduanya melakukan banyak penelitian seputar seks dan perkawinan. Mereka menganggap perkawinan yang kurang bergairah tidak terjadi karena panjangnya usia perkawinan, usia dua orang yang terlibat (pasangan suami istri), atau karena adanya gangguan fisik! Apa kata David dan Ruth mengenai mitos yang keliru ini?
6. Mitos: Tidak mungkin membangkitkan gairah jika gairah itu sudah mati.
Fakta: Membangkitkan gairah bercinta tidak sama seperti membalikkan telapak tangan. Tapi juga tidak bisa dianggap tidak mungkin. Dengan catatan Anda melakukannya dengan benar. Banyak pasangan yang harus membangkitkan gairahnya. Mengapa? Kebosanan melakukan hubungan seks biasanya terjadi dalam hubungan jangka panjang, demikian pula perkawinan. Begitu ada pasangan yang membuang segala hal yang membuat mereka gugup, mereka akan menjalani apa saja yang tersisa. Pantas jika akhirnya bercinta terasa membosankan. Lagipula variasi bercinta yang diusulkan pasangan yang satu, belum tentu dianggap nyaman oleh pasangannya. Tidak mudah mengusulkan gaya bercinta yang baru jika Anda belum mengenal pasangan Anda dengan baik.
7. Mitos: Pasangan bisa dianggap harmonis secara seksual atau mereka bukan pasangan yang harmonis.
Fakta: Benarkah anggapan demikian? Harmonis secara seksual bukanlah masalah menyukai perilaku atau variasi seks yang sama, atau menyenangi gaya seks tertentu. Hal ini bisa sangat sederhana, menemukan seseorang yang punya obsesi dan keterbatasan seksual yang sama dan berjanji untuk bersama-sama menjalaninya. Keharmonisan seksual adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perbedaan preferensi seksual masing-masing. Ini menjadi penting ketika muncul kebosanan seksual, dan salah satu dari Anda mengajukan sesuatu yang baru.
8. Mitos: Gairah bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan, lebih seperti sexual chemistry.
Fakta: Ide umum dari sexual chemistry ini sendiri ada 2 bagian utama. Jika ada chemistry, seks menjadi tanpa hambatan dan (sepertinya) otomatis. Yang kedua, begitu seks mati, maka digunakanlah "obat-obatan kimia", tak ada lagi yang bisa Anda lakukan. Pandangan keliru seperti ini sangat populer karena kita setuju dengan pendapat bahwa hubungan seksual tidak butuh kerja keras sepanjang Anda ditakdirkan untuk bersama atau sama-sama jatuh cinta. Tapi bagaimana pun, ada banyak hal yang bisa Anda lakukan untuk mendapatkan suasana hati yang nyaman saat akan melakukan hubungan seks. Misalnya saja berfantasi. Mandi dengan rendaman air hangat lengkap dengan aromaterapi atau mengenakan pakaian dalam yang seksi sehingga membuat Anda merasa menjadi perempuan paling seksi. Menyelesaikan masalah dalam hubungan Anda dengan membicarakannya, pun bisa banyak membantu.
9. Mitos: Masalah gairah seksual berarti Anda tak lagi cinta padanya atau ada sesuatu yang salah dalam perkawinan Anda.
Fakta: Pasangan yang normal punya masalah gairah seksual karena proses pengembangan diri pun merasuki hubungan asmara. Hal ini tergambar dalam adu argumentasi soal otonomi, kekuasaan, status, dan merasa dikendalikan. Saat Anda dan pasangan bertengkar (mengenai apapun), (menjadi) hal biasa jika kemudian Anda berhenti bercinta untuk sementara.
10. Mitos: Masalah hormonal menjadi penyebab paling umum dari masalah rendahnya gairah seksual ini.
Fakta: Banyak hal bisa menjadi pemicu masalah hilangnya gairah seksual. Sebagian melibatkan masalah hormonal, penyakit medis, dan pengobatan. Tapi hal lain seperti masalah emosional ketika salah satu pihak mempertanyakan komitmen pasangan, juga bisa memicu masalah gairah seksual. Tapi ini tidak berarti, perkawinan membunuh seks dan intimacy seperti yang diyakini banyak orang. Ini hanyalah sebuah titik dalam proses yang bisa membuat Anda mampu meningkatkan gairah dan kapasitas lebih besar untuk mencintai. Banyak pasangan mencoba menyembunyikan konflik dalam perkawinannya, dengan secara otomatis menganggap bahwa masalahnya adalah hormonal ketimbang interpersonal.